Air Terjun NungNung
Nungnung adalah nama dari sebuah desa kecil, terletak 40 kilometer sebelah utara kota Denpasar. Desa ini berhawa sejuk dengan ketinggian lebih kurang 900 meter di atas permukaan laut. Lokasinya berdekatan dengan desa agrowisata, Pelaga.
Pemandangan sepanjang perjalanan sangatlah hijau dan menyegarkan. Udara cool banget pula. Kalau kecapean, ada beberapa tempat pemberhentian yang bisa kamu singgahi sebentar. Setelah berjalan kurang lebih 20 menit, kita akan sampai di air terjun yang memiliki debit air cukup deras. Kurang lebih sama atau mungkin lebih besar dari yang di Air Terjun Gitgit. Sudah pernah ke Gitgit kan?
Dan ini dia Air Terjun Nungnung, yang menjadi tujuan utama kita. Debit air deras dan di sekelilingnya ada beterbangan uap-uap air yang membuat suasana menjadi begitu sejuk, menyegarkan dan menenangkan.
Btw, dekat dengan Air Terjun ini kamu bisa juga melihat jembatan paling panjang di Bali yang menghubungkan jalur ke Kintamani, yaitu Jembatan Tukad Bangkung.
Pantai Lovina
Pantai Lovina terletak sekitar 9 Km sebelah barat kota Singaraja, ini merupakan salah satu obyek wisata yang ada di Bali Utara. Wisatawan baik asing maupun lokal banyak yang berkunjung ke sana, selain untuk melihat pantainya yang masih alami, juga untuk melihat ikan lumba-lumba yang banyak terdapat di pantai ini. Dengan menyewa perahu nelayan setempat, kita dapat mendekati lumba-lumba.
Untuk melihat atraksi lumba-lumba, pengunjung diharapkan berangkat pagi-pagi sekali kira-kira selepas
subuh atau pukul 6 waktu setempat. Sebaiknya transaksi penyewa-an perahu dilakukan pada sore hari sebelumnya sehingga mempunyai waktu lebih untuk memilih kapal dan melakukan penawaran. Disekitar lovina juga banyak tersedia hotel-hotel dengan tarif cukup murah saat itu.
Sekitar pukul 6 pagi, perahu yang kami tumpangipun mulai bergerak menjauhi bibir pantai. Pelan namun pasti perahu dengan motor tempel tersebut mulai bergerak menuju kelokasi dimana biasanya lumba-lumba memamerkan tariannya. Selama 15-30 menit kami menunggu sambil terus melajukan perahu, berharap-harap cemas karena lumba-lumba belum terlihat sama sekali. Suasana berubah ketika tiba-tiba guidance kami berteriak sambil menunjuk kesuatu lokasi dimana sekelompok lumba-lumba terlihat melompat ke atas permukaan air. Perahupun segera dipacu menuju lokasi tersebut, dan tampak beberapa perahu yang lain bergerak kearah yang sama. Sungguh hal yang mendebarkan karena inilah saat pertama kali penulis melihat atraksi lumba-lumba di alam bebas dari jarak yang begitu dekat. Beberapa lumba-lumba dengan santainya bersalto di udara menunjukkan atraksi yang jarang terjadi bahkan tidak ada pada lokasi wisata pantai lainnya. Otomatis para pengunjung mulai sibuk dengan "senjata" yang dibawanya, sekedar untuk meliput adegan tersebut.
Kamera mulai bekerja dengan keras berusaha merekam atraksi lumba-lumba yang sukar diduga dari mana akan munculnya. Atraksi menjadi lebih menarik ketika terlihat seekor lumba-lumba kecil ikut serta memamerkan kebolehannya. Terlebih lagi, tanpa diduga-duga sekelompok lumba-lumba tiba-tiba muncul dari pinggir perahu sambil melakukan atraksi. Hampir satu jam kami menikmati atraksi tersebut, dan ketika matahari mulai meninggi, lumba-lumba itupun akhirnya menghilang....@gbtv
TNBB (Taman Nasional Bali Barat)
Menurut Pak Petugas Taman Nasional Bali Barat,, Taman Nasional Bali Barat merupakan salah satu kawasan pelestarian alam di Bali yang memiliki ekosistem asli dan merupakan habitat terakhir bagi burung Curik Bali (Leucopsar rothschildi, streesman 1912). Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.493/Kpts-II/1995 tanggal 15 September 1995, telah ditunjuk Taman Nasional Bali Barat dengan luas kawasan 19.002,89 Ha yang terdiri dari 15.587,89 Ha berupa wilayah daratan dan 3.415 Ha berupa perairan yang secara administratif terletak di Kabupaten Jembrana dan Kab. Buleleng.
Taman Nasional Bali Barat dikelola dengan sistem zonasi, dimana sesuai dengan SK Direktur Jenderal PHKA No.SK.143/IV-KK/2010 tanggal 20 September 2010 tentang Zonasi Taman Nasional Bali Barat, bahwa TN. Bali Barat terbagi menjadi beberapa zona diantaranya : Zona Inti seluas ± 8.023,22 Ha, Zona Rimba ± 6.174,756 Ha, Zona perlindungan Bahari ± 221,741 Ha, Zona Pemanfaatan ± 4.294,43 Ha, Zona Budaya, Religi dan Sejarah seluas ± 50,570 Ha, Zona Khusus ± 3,967 Ha dan Zona Tradisional seluas ± 310,943 Ha. Taman Nasional Bali Barat dapat dimanfaatkan untuk ilmu pengetahuan, penelitian, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.
Jalak Bali merupakan ikon Provinsi yang disebut sebagai Surganya Wisata Dunia, bahkan Fauna telah dijadikan Lambang Provinsi Bali yang saat ini dpimpin oleh Made Mangku Pastika. TNBB melindungi populasi Jalak Bali beserta ekosistem lainnya seperti ekosistem terumbu karang, ekosistem mangrove, ekosistem hutan pantai dan ekosistem hutan daratan rendah sampai pegunungan sebagai sistem penyangga kehidupan terutama ditujukan untuk menjaga keaslian, keutuhan dan keragaman suksesi alam dalam unit-unit ekosistem yang mantap dan mampu mendukung kehidupan secara optimal.
Selain itu, TNBB juga ditujukan untuk laboratorium lapangan bagi peneliti untuk pengembangan ilmu dan teknologi, budidaya penangkaran flora dan fauna untuk kebutuhan protein, tempat pendidikan untuk kepentingan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan bagi masyarakat dan yang terakhir untuk ekowisata pada sejumlah kawasan dalam TNBB.
Potensi TNBB meliputi berbagai jenis flora dan fauna liar, yang berstatus langka, dilindungi maupun yang
keberadaannya masih melimpah, habitat dan letak geomorfologinya serta keindahan alamnya yang masih dalam keadaan utuh. Ekosistem di dalam kawasan TNBB cukup potensial dan lengkap yang meliputi perairan laut, pantai dan pesisirnya, hutan dataran rendah sampai pegunungan merupakan habitat alami bagi hidupan liar yang juga menunjukkan tingginya keanekaragaman hayati antara lain terumbu karang dan biota laut lainnya, vegetasi mangrove, hutan rawa payau, savana dan hutan musim.
Flora dan fauna yang cukup beragam, sampai saat ini telah diidentifikasi 176 jenis flora meliputi pohon, semak, tumbuhan memanjat, menjalar, jenis herba, anggrek, paku-pakuan dan rerumputan. Untuk jenis fauna terdiri dari 17 jenis mamalia, 160 jenis burung (aves) , berbagai jenis reptil dan ikan.
Jika Anda ingin melihat Habitat terakhir Jalak Bali di Taman Nasional Bali Barat, maka itu bisa ditemukan di Semenanjung Prapat Agung (tepatnya Teluk Brumbun dan Teluk Kelor). Hal ini menarik karena dalam catatan sejarah penyebaran Jalak Bali pernah sampai ke daerah Bubunan – Singaraja (± 50 km sebelah Timur kawasan).
Kekayaan keanekaragaman hayati yang terkandung di Taman Nasional Bali Barat baik flora maupun fauna cukup potensial sebagai aset dan sumber plasma nutfah. Selain karena burung jalak bali yang merupakan satwa utamanya, dikawasan Taman Nasional Bali Barat ini dijumpai 2 (dua) jenis primata yaitu kera abu (Macaca fascicularis) dan Kera Hitam (Tracyphitchecus auratus). Penyebaran Kera Hitam di Taman Nasional Bali Barat hampir sangat mudah diketemukan di kawasan Taman Nasional Bali Barat .
Atraksi Kera Hitam merupakan satwa yang sangat disenangi para wisatawan lokal maupun luar negeri, keindahan warna hitam dan keunikan habitatnya merupakan daya tarik sendiri bagi wisatawan yang melihatnya, bahkan tidak jarang wisatawan banyak yang berkunjung ke Taman Nasional Bali Barat hanya ingin melihat Kera Hitam, lebih jauh lagi Kera Hitam disamping dijadikan objek untuk wisatawan juga menyimpan sumber Plasma nutfah yang tidak ternilai, oleh para peneliti sering dijadikan objek penelitian dengan melihat langsung kondisi habitat Kera Hitam dilapangan sehingga jelas populasi Kera Hitam dan habitatnya perlu dijaga kelestariannya demi sumber plasma nutfah.
Jadi, jika Anda ini mendapatkan pengetahuan yang komprehensif mengenai Konservasi Flora dan Fauna, utamanya Jalak Bali, TNBB adalah tempat yang sangat layak dijadikan rujukan. Namun, tidak perlu khawatir, potensi alam dan keindahan alam seperti terumbu karang. vegetasi mangrove ataupaun pun savana bisa Anda temukan di tempat ini. Anda bakal bisa berwisata sambil menambah pengetahuan.(Man/berbagai sumber) (Foto : wisatabalibarat.wordpress.com)
Tenganan
Desa Tenganan adalah salah satu objek wisata di Bali yang merupakan desa Traditional di Bali, Kabupaten Karangasem, Bali. Kira-kira 10 km Utara pariwisata Candidasa atau 70 km dari kota Denpasar. Di tengah meluasnya industri pariwisata dan gempuran modernisasi, masyarakat Tenganan yang disebut-sebut sebagai Bali Aga atau Bali Asli yaitu penduduk Bali asli yang tidak terlalu banyak mendapat pengaruh luar tetap mempertahankan awig-awig mereka, rumah dan adat tetap dipertahankan seperti aslinya yang tetap eksotik.
Desa Tenganan pegringsingan diapit oleh dua bukit, Pemukian di desa ini berpetak-petak lurus dari utara ke selatan dengan luas pekarangan yang sama, terlihat persamaan hak yang diterapkan kepada seluruh penduduk. Sehingga desa ini betul-betul unik, dari bentuk bangunan dan pengaturan rumah penduduk yang berderet-deret dengan berujung di sebuah pura desa tua, memang betul-betul lain dengan model perkampungan.Aktivitas keseharian warga Tenganan Pegringsingan yakni bertani atau pun menekuni usaha kerajinan.
Salah satu atraksi atau ritual yang paling unik adalah ritual Geret, Perang Pandan, yang tiba pada sasih / bulan kalima, di mana para pemuda desa itu menggelar pertarungan damai dengan menggunakan seikat pandan. Dua laki-laki saling menggoreskan gepokan pandan ke tubuh lawan. Ritual ini mereka gelar setiap tahun pada sasi (bulan) ke-5 saat Hari Raya Sambah diperingati. Perang. Hasil kerajinan setempat yang terkenal dan mempunyai nilai seni tinggi adalah kain gringsing yang merupakan salah satu ciri khas masyarakat Tenganan. TAPI SAYANG GUYS ...ngak dapet nonton!!!!!! .....@gbtv
Monkey Forest
Obyek wisata Monkey Forest, Ubud Gianyar Bali. Di obyek wisata ini pengunjung bisa melihat ratusan ekor ‘bojog’ atau kera abu yang hidup dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok punya pemimpin seperti halnya manusia.
Obyek wisata Wanara Wana atau Ubud Monkey Forest ini terletak di Desa Padang Tegal, Kelurahan
Ubud. Obyek wisata ini berjarak sekitar 30 kilometer dari Kota Denpasar.
Untuk bisa masuk ke obyek wisata seluas 12 hektar ini, setiap pengunjung dewasa dikenai tiket masuk tidak begitu mahal cuma sebesar Rp 20 ribu dan separuh harga untuk anak-anak.
Di pintu masuk, pengunjung bisa membeli pisang untuk diberikan kepada ratusan ekor kera yang ada di dalam hutan.
Memasuki kawasan wisata Monkey Forest atau Hutan Kera Ubud, pengunjung atau wisatawan akan disuguhi pemandangan hutan yang rimbun dan masih alami. Sebuah sungai yang mengalir melewati hutan menambah daya tarik obyek wisata ini.
Yang paling menarik perhatian pengunjung tentu aneka tingkah polah lucu sekitar 600 ekor kera abu yang menjadi penghuni hutan wisata ini. Ratusan kera abu di hutan ini terbagi dalam lima kelompok besar yang memiliki batas wilayah tempat tinggal dan punya pemimpin yang berbeda-beda.
“Antara satu kelompok kera dengan kelompok lain hidup terpisah sesuai batas wilayah. Jika satu kera lewat ke batas wilayah kera lain, maka akan terjadi perkelahian antar kelompok kera,” jelas Wayan Selamet, Ketua Pengelola Wisata Hutan Kera Ubud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar